Wednesday, April 18, 2012

Mata Rahasia


Pagi dimusim hujan pertama kali aku berjumpa dengan gadis anggun itu. Parasnya yang menggoda mata seimbang dengan senyum dan tawa yang renyah. Dari seragamnya aku lihat dia se SMA denganku.
“orin.. dari sepuluh soal matem itu.. aku Cuma bisa nggarap 2 coba” gadis itu menganggap ketidakbisaanya sebagai kepolosan, mengajak sahabatnya memulai cerita.
Aku yang saat itu berdiri tepat disamping bangkunya dipojok  belakang ikut tersenyum simpul. Mulai saat itu aku intens memperhatikannya. Ingin sekali aku menanyakan namanya, mengajaknya belajar kelompok atau sekedar ngobrol sekejap. Tapi mataku terlalu pemalu untuk membaca bahasa matanya. Sering kali saat mataku sembunyi sembunyi menyapanya, matanya melirik seketika. Dag dig dug.. aku tak berani membalasnya lagi. Kami seakan berbicara lewat mata, yang aku sendiri belum bisa mengejanya secara sempurna. Tapi gadis itu tetap seperti dulu, seperti saat pertama aku menemukan wajahnya di bus kota. Tetap berlalu begitu saja, tanpa senyum.
Aku selalu sabar mengendalikan geloraku. Mencoba menyapanya lewat mimpiku. Memang beberapa kali dia sempat  menghadiri mimpi, bahkan aku merasa sangat dekat denganya dalam mimpi.
Pagi itu mungkin hari terakhirku melihatnya dalam bus kota ini, seperti biasa dia duduk dibangku belakang bersama sahabatnya, dan aku berdiri tepat disebelahku. Hari ini sedikit berbeda, dia seakan menyadari kehadiranku. Yah padahal aku selalu mencari kehadiranya, walaupun hadirku hampir tak terbaca. Hari ini sekolah mengadakan acara perpisahan. Anak kelas XII termasuk aku harus menikmati moment moment ini.
Halte 08 tempat aku dan gadis itu biasa turun masih 10 menit lagi. Sopir mengerem kemudi di halte 07. Seorang ibu tua bersama bayinya masuk. Ibu itu kelihatan mencari singasana kosong. Namun sudah penuh. Yang tak kuduga, gadis dibangku paling belakang itu meninggalkan bangkunya dan menyuruh si ibu duduk. Sungguh mulia hatinya seanggun pesonanya. Entah mengapa kali ini aku mampu tersenyum tepat kepada gadis itu, senyumku terbalas. Hatiku senang tidak karuan. Detik detik menyenangkan itu segera berlalu. Sampai akhirnya Aku turun di halte 08, tentunya gadis itu ikut turun bersamaku.
Hari ini aku pulang sore, tepatnya selepas acara perpisahan selesai. Gadis itu terus membayang dikepalaku. Terus berkeliling bahkan bukan lagi karena ayunya, karena pesonanya atau bahkan kebaikannya. Tapi karena kenyataan yang baru kudapatkan. Dia Naomi gadis manis kepunyaan Reihan, sahabat masa kecilku. Mulai saat ini aku berjanji untuk tidak menggangunya lagi dengan pengamatan rahasia atau bahkan sekedar pandangan kecil dalam buskota. Aku bisa melupakanya, setidaknya untuk beberapa saat ini



1 comment: