Tuesday, November 13, 2012

(belum ada judul)

yo prokonco dolenen ing njobopadang wulan wulane koyo rinorembulane sing awe-awe
ngelingake aja pada turu sore
Angin gunung meniup rambut, mencitra suasana sejuk sejati. Rahma tinggal disini, tempat asri permadani negeri. Bintang begitu terang mala mini, Aldebaran sang pemimpin bintang tersenyum dari atas. Rahma memandangnya, tapi enggan tersenyum. Ia lalu mencari posisi nyaman di dipan lansia di kamarnya. Tangan kanan ia dekapkan diperut dan badan ia miringkan. Mencari posisi nyaman. Matanya terpejam, sedetik kemudian hidupnya tak lagi terjaga. Ia lalu tiba dipantai kapuk..
“ndo..ndo.. kamu sudah siap?” sergap wanita tua yang sudah taka sing lagi dalam hidupnya.
“inggih bu sekedap malih” jawab rahma dari dalam kamar.
“ kowe loh ndok, sudah ibu bilangin hari ini kita ziarah ke makamnya Eyang Dulkasan koh ya”
“inggih bu, niki sampun” jawab gadis hitam manis itu sembari berjalan menuju ibunya.
“loh ndo, kita mau ke makam, bukannya mau kencan. Dandan kok ayu tenan, pantes lama” jawab ibunya menyinggung, padahal senang dalam hatinya. Sebab anak gadisnya beranjak dewasa. Mekar bak sekuntum bunga yang tumbuh ditanah lembab. Rupanya yang elok begitu ia banggakan.
Gadis didepannya hanya tersipu malu,. Senyum mengembang. Sorot matanya yang bulat ikut mempertegas keayuannya. Dengan rok model span yang menutup kaki jenjangnya dipadu dengan batik panjang sebagai atasan semakin memancarkan aura keayuan.
…………………………..
Matahari tepat diatas kepala, teriknya menyeringai masuk ke setiap sudut mata.
Dikompleks pemakaman kramat itu seorang bapak tua mulai memimpin doa. Mulutnya sibuk membaca doa-doa didepan gundukan tanah dan nisan berselambu putih yang sepertinya sudah lansia. Jasad yang disimpan bumi juga sudah lenyap dan bercampur dengan tanah.
                Ada sekumpulan orang disana, tapi hanya satu yang terlihat muda, Rahma. Tangannya berpangku memanjat doa, mengamini doa yang dia sendiri tidak yakin artinya. Disebelahnya wanita dengan kerudung sederhana mencolek tangan Rahma ditengah doa.
“ayo ndo.. berdoa supaya diberi jodoh yang baik”. Rahma menyipit, tapi dalam hati ia membenarkan kata Ibu tercintanya. Matanya terpejam, mulutnya komat kamit membaca doa.
                                                                                                                                                                  bersambung…

No comments:

Post a Comment