Thursday, June 7, 2012

Namanya "Hujan Syarat Tahun"

"Bu, kulo wangsul nggih?" kataku diujung telefon
"mboten ngantos fi, wonten griya saweg Udan Syarat Tahun" Ibu ku menjawab penuh penjelasan
"oh kados niku nggih bu" aku sedikit kecewa.
Percakapan via telefonku beberapa jam yang lalu.

Namanya Hujan Syarat Tahun. Kucuran air langit yang sangat deras dipadu dengan petir dan guntur yang menggelegar membuat hati siapapun tak nyaman. Mengingat bulan ini adalah Juni, yang menurut periode musim adalah musim kemarau. Tapi mengapa justru hujan ?

Perubahan iklim atau siklus iklim di bumi kian mobrak mabrik. Berdasarkan perhitungan geografi bulan April-Maret adalah bulan kemarau. Teorinya pada bulan tersebut matahari seolah berada dibelahan bumi utara. Benua Asia lebih banyak menerima sinar matahari, sehingga bertekanan minimum. Angin bertiup dari tempat bertekanan maksimum (Australia) ke tempat bertekanan minimum (Asia). Pada saat itu Indonesia mengalami musim kemarau. Tapi hasil riset puluhan tahun itu kini sulit diaplikasikan dalam dunia nyata. Musim berganti seolah tak kenal perhitungan.

Kembali lagi ke cerita awal, hujan yang sebenarnya dimaksud adalah hujan ditengah musim kemarau. Saat cuaca sedang panas panasnya tiba tiba hujan mendera sekuat kuatnya, seperti yang terjadi pada Kamis, 7 Juni, 2012 sekitar pukul 15.30 WIB. Hujan syarat tahun bertamu di tempat kelahiran saya, Gunung Wuled. Saya yang berada jauh dari orang tua sempat merasa khawatir, tapi sedikit lega saat Ibu saya mengatakan semuanya baik baik saja.
*dokumentasi akan saya posting secepatnya.

Asal mula Hujan Syarat Tahun
Ditengah kehidupan masyarakat jawa banyak berkembang ilmu kejawen yang sering disebut gugon tuhon. salah satunya yang menjadi ciri khas daerah saya dan kebetulan berhubungan erat dengan hujan syarat tahun.Jika ada wayang yang secara langsung atau tidak langsung mampir maka akan mengundang longsor dan hujan besar yang se tipe dengan hujan syarat tahun. Hal itu TERBUKTI NYATA.

Arti "Hujan Syarat Tahun" dalam Imajiku
Hujan yang menjadi Syarat atau pertanda agar masyarakat menjaga tradisi leluhurnya. Sebagai pengingat atau pepeling dari Yang Maha Kuasa.

#sumber cerita dari mana mana, ^^
tapi 99% akurat kok :p

No comments:

Post a Comment